Membandingkan sebab-musabab kehadiran burung di Jakarta,bukanlah pekerjaan mudah.Apalagi jika kita membandingkannya dengan singapura atau Melbourne.Kondisi lingkungan alamnya saja sudah sangat berbeda,belum lagi faktor manusianya.
Singapura adalah sebuah lingkungan kota dengan proporsi kawasan hijau yang ideal,meskipun tidak sepenuhnya alami.Hijaunya juga tidak sekedar hijau royo-royo,tetapi hijau berkicau.
Hal yang terwujud karena daerah kawasan hijau di Singapura sengaja dikembangkan.Dikawasan ini,pemerintah tidak hanya menyediakan pakan bagi satwa liar (seperti burung dan tupai),tetapi juga menyediakan air untuk menunjang kehidupan liar (wildlife).Model seperti ini disebut pembangunan wawasan biologi,menurut mantan Menteri Lingkungan Hidup,Prof.Dr.Emil Salim.
Selain itu,masih ada kawasan hutan/hijau Semenanjung Makala (Malaysia Barat) yang ikut juga menunjang kelestarian kehidupan liar di Singapura.Burung jalak pun merasa aman berkeliaran,bahkan di kawasan ramai seperti Orchard Road yang terkenal itu.
Melbourne lebih hebat dari pada di Singapura.Selain lingkungan kota mendukung,masyarakatnya juga pro burung dan satwa liar lainnya.Burung rosella masuk ruang kerja atau rumah,itu hal biasa.Masyarakatpun rajin menyediakan pakan dan minuman untuk burung di halaman belakang rumah mereka.Mereka melakukan hal ini agar burung-burung itu betah berkunjung atau tinggal disana.
Bagaimana denag Jakarta? Di Jakarta,kawasan hijau terus terkikis dari waktu ke waktu.Setelah kemayoran,kini giliran Muara Angke yang menjadi korban penggusuran.Kawasan hijau yang kini tersisa merupakan kantong-kantong yang relatif sempit dan tidak saling berhubungan.Dengan demikian,luasnya terkesan menjadi semakin sempit lagi.
Percayalah bahwa burung adalah sebuah anugerah Tuhan Yang Mahakuasa.Jika sampai terkesan sebagai bencana atau malapetaka,kita pasti telah salah melihatnya.
Singapura adalah sebuah lingkungan kota dengan proporsi kawasan hijau yang ideal,meskipun tidak sepenuhnya alami.Hijaunya juga tidak sekedar hijau royo-royo,tetapi hijau berkicau.
Hal yang terwujud karena daerah kawasan hijau di Singapura sengaja dikembangkan.Dikawasan ini,pemerintah tidak hanya menyediakan pakan bagi satwa liar (seperti burung dan tupai),tetapi juga menyediakan air untuk menunjang kehidupan liar (wildlife).Model seperti ini disebut pembangunan wawasan biologi,menurut mantan Menteri Lingkungan Hidup,Prof.Dr.Emil Salim.
Selain itu,masih ada kawasan hutan/hijau Semenanjung Makala (Malaysia Barat) yang ikut juga menunjang kelestarian kehidupan liar di Singapura.Burung jalak pun merasa aman berkeliaran,bahkan di kawasan ramai seperti Orchard Road yang terkenal itu.
Melbourne lebih hebat dari pada di Singapura.Selain lingkungan kota mendukung,masyarakatnya juga pro burung dan satwa liar lainnya.Burung rosella masuk ruang kerja atau rumah,itu hal biasa.Masyarakatpun rajin menyediakan pakan dan minuman untuk burung di halaman belakang rumah mereka.Mereka melakukan hal ini agar burung-burung itu betah berkunjung atau tinggal disana.
Bagaimana denag Jakarta? Di Jakarta,kawasan hijau terus terkikis dari waktu ke waktu.Setelah kemayoran,kini giliran Muara Angke yang menjadi korban penggusuran.Kawasan hijau yang kini tersisa merupakan kantong-kantong yang relatif sempit dan tidak saling berhubungan.Dengan demikian,luasnya terkesan menjadi semakin sempit lagi.
Percayalah bahwa burung adalah sebuah anugerah Tuhan Yang Mahakuasa.Jika sampai terkesan sebagai bencana atau malapetaka,kita pasti telah salah melihatnya.
(Diktip dari Kompas,26 September 2005,dengan pengubahannya)
0 komentar:
Posting Komentar